Posts

The Journey for My Next Plan

Malam 2 November 2018 di Stasiun Sudirman terakhir kalinya gue nunggu kereta untuk pulang dari tempat magang gue. Gue harus menunggu kereta yang biasa gue naikin sekitar 1 jam. Sambil nunggu, gue kepikiran apa aja yang udah gue lakuin selama 3 bulan belakangan ini. Dan gue tersadar, sekarang udah bulan November. Bentar lagi akan ganti tahun. Jadi kepikiran apa aja yang udah gue lakuin di tahun 2018 ini. Dan terlintas, "Wah iya, gue magang udah dua kali ya tahun ini." Gue pikir magang pertama gue itu ada di tahun 2017. Ternyata di awal tahun ini ya, pas gue lagi nyusun skripsi. Dan yang kedua ini, setelah gue selesai skripsi dan lulus kuliah. Jujur, gue sama sekali ga berencana untuk magang dua kali. Magang kedua ini, tanpa sengaja gue apply dan diterima.  Sebenernya misi gue untuk magang itu biar gue tambah ilmu dan tahu gue tuh pengen dan cocoknya kerja seperti apa. Gue dari kuliah pengen banget kerja di biro arsitek. Impian gue kerja di Andra Matin. Gue udah cob

Jejak Hidup

after a long time, i'm back everyone. Sebelumnya, thanks buat yang udah suggest buat gue obrolin apa di sini. InsyaAllah, satu-satu akan gue bahas ya. Buat yang sekarang, gue bakal bahas yang paling banyak di-suggest. Gimana menjalankan perjalanan dari kuliah sampai di titik ini. Lebih spesifiknya, gue diminta buat cerita suka duka nya jadi mahasiswa arsitek. Sebelumnya gue udah pernah bahas gimana ceritanya gue bisa milih kuliah arsitektur. Jadi silahkan kalau yang belum baca, bisa buka "Kegalauan Memilih Jurusan yang PAS". Kayanya semua anak kuliah pasti ngerasain struggling di masa awal. And that happen to me too. Gue ciut sama skill temen-temen gue. Orientasi gue masih ke orang lain. Sampai akhirnya gue mulai nerapin ini, "Karya gue itu ya punya gue, gaada lain yang bisa buat kaya gue. Dan mereka pun begitu. Dan di arsitektur itu karya ga ada yang jelek. Semua punya nilai masing-masing." Mulai dari situ mulai berkurang jiper gue ke yang lain. G

Let's Have Better Me (Life)

Kayanya sudah klise mendengar seseorang yang terlaru larut sama masalah. Seperti berpikir dia yang salah dan merasa hidupnya hancur. Ya jujur, gue juga pernah ada di posisi seperti itu. Dan gue yakin tiap dari kita pernah mengalaminya. Hal yang ingin gue obrolin sekarang soal bagaimana kita mestinya menyikapi itu. Gue akan coba cerita versi gue dalam keluar dari zona gelap itu. Hal ini terjadi di tahun ke dua perkuliahan gue. Masa ini bisa dibilang paling berat karena masalahnya itu dari sana sini. Mungkin teman-teman deket gue tau beberapa di antaranya, tapi masih banyak lagi yang ga gue ceritain karena itu terlalu pribadi buat gue. Dan saat itu pula, gue dituntut untuk bersikap profesional seakan tidak ada apa-apa. Yang bikin berat lagi, gue di Malang bukan di rumah. Kalau di rumah mungkin masalahnya ga akan nambah terus. Untuk sembuh total makan waktu satu tahun lebih buat sampai gue di titik  "DONE, buat apa hal kaya beginian nyita waktu gue."  Masa ini biki

Di Penghujung Bulan April

Image
Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah sungguh Engkau Maha Besar. 30 April 2018. Hari yang jadi jawaban pertanyaan gue selama ini. Hari penentu kehidupan perkuliahan gue selama kurang dari 4 tahun ini. Jujur sebelum hari ini datang, gue biasa aja. Gue masih bisa ikut jalan-jalan ke konsultan arsitek di Sidoarjo. Padahal hari itu juga gue tau, jadwal ujian skripsi gue tinggal 3 hari lagi. Emang gue kebiasaan gitu sih, mulai deg-degannya pas D-1 or THE DAY. Tapi yang kemarin ini beda. Gue takut bukan karena gue takut mau ujiannya. Gue takut karena ko gue ga deg-degan. Bukan belagu atau apa nih, masalahnya gue selalu deg-degan ketika ada suatu hal penting yang akan gue lakuin. Jadwal ujian skripsi gue itu sekitar jam 14.15. Dan jam makan siang gue masih makan dengan lahapnya sambil dengerin lagu-lagu yang gue suka dengerin buat relax. Tapi gue masih terus menanyakan ke diri gue, gue nanyain si rasa deg-degan gue ini kemana? Ko ga muncul-muncul. Gue sangat butuh doi. Dan pas Solat Dz

Bukan hanya menjadi seorang Perempuan

Raden Adjeng Kartini. Beliau merupakan seorang pioneer pendidikan bagi perempuan dan women’s rights di Indonesia. Menurut gue, jasa beliau sangat besar untuk wanita di Indonesia pada masanya. Dan juga membawa banyak keringanan bagi banyak wanita setelah masanya. Gue sangat amazed dengan keberanian beliau dalam menjunjung tinggi hak-hak wanita. Menurut beliau, bahwa wanita itu derajatnya tidak bisa didudukan di bawah pria. Beliau sangat menjujung tinggi bahwa wanita itu juga harus berpendidikan dan wanita juga harus berani memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia. Gue yakin di setiap diri wanita itu punya sis i Kartini nya masing-masing. Setiap dari kita pasti pernah memperjuangkan sesuatu yang berhubungan dengan hak sebagai manusia. Kalau dari sisi Kartini ala gue, pertama kali gue lakuin pas gue duduk di bangku sekolah dasar. Dulu gue pernah jadi korban bullying temen-temen gue di sekolah, dan mereka itu perempuan. Mereka bukan senior gue, ya mereka temen-temen sekelas gue. Bull

Kegalauan Memilih Jurusan yang PAS

Apa di antara kalian lagi ada yang bingung mau lanjut kuliah di mana? Atau, di antara kalian ada yang udah kuliah selama ini tapi ngerasa salah jurusan? Alasan gue buat tulisan ini berawal dari ade gue meminta suggest jurusan dan univ yang mesti dia ambil di SBMPTN tahun ini. Padahal ya dia udah kuliah, cuman dia masih penasaran pengen coba tes ulang lagi. Dan ya, itu pilihan kan. "Loh iya, udah selesai ya UN? Emang pendaftarannya sampai kapan?" Terus gue jadi keinget, 4 tahun lalu ketika gue lagi bingung-bingungnya mau ngambil jurusan apa, mau kuliah di mana, sibuk-sibuknya pulang malem dari intensif bimbel, ngerjain soal-soal dari buku bank soal UN dan SBMPTN. Waaahhh, time fly really fast yaaaa.. Dan sekarang, gue pengen mencoba berbagi pengalaman gue dan juga saran yang InsyaAllah semoga bisa membantu kalian yang di luar sana sedang bingung menentukan jalan selanjutnya... Lets started!!! Sekilas info, gue adalah lulusan SMA Negeri 7 Tangerang. Dan pas SMA, gu

Let's Find The Answer

Sekarang gue sudah sampai di masa kritis hidup gue. Masa kritis yang gue maksud adalah tahun akhir perkuliahan gue. S K R I P S I Gue kuliah di Arsitektur Universitas Brawijaya, di kampus gue ini skripsinya sekarang sudah 100% riset. Udah gaada tuh skripsi yang malah nge-desain. Final project design gue sudah gue tuntaskan di semester kemarin. Di semester kemarin juga gue sudah mulai mengerjakan skripsi gue yang dicapai dengan seminar proposal. Dan semester ini gue harus lanjutin skripsi gue itu dari bab 4 sampai 5 lalu gue seminar hasil dan kalau lancar gue bisa lanjut sidang skripsi. Kritis 'skripsi' yang gue maksud di sini adalah challenge gue terhadap diri gue sendiri. Gue memilih untuk magang sekarang. Bukan magang yang diharusin pihak kampus (KP atau PKL), itu gue udah lakuin juga di liburan semester kemarin. Niat magang gue ini muncul dari pikiran liar gue, "Maudy lu mau ngapain abis kuliah lu kelar? Lu mau jadi arsitek? Emang lu bisa apa?" Ini titik k