Bukan hanya menjadi seorang Perempuan

Raden Adjeng Kartini.
Beliau merupakan seorang pioneer pendidikan bagi perempuan dan women’s rights di Indonesia. Menurut gue, jasa beliau sangat besar untuk wanita di Indonesia pada masanya. Dan juga membawa banyak keringanan bagi banyak wanita setelah masanya. Gue sangat amazed dengan keberanian beliau dalam menjunjung tinggi hak-hak wanita. Menurut beliau, bahwa wanita itu derajatnya tidak bisa didudukan di bawah pria. Beliau sangat menjujung tinggi bahwa wanita itu juga harus berpendidikan dan wanita juga harus berani memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia.
Gue yakin di setiap diri wanita itu punya sisi Kartini nya masing-masing. Setiap dari kita pasti pernah memperjuangkan sesuatu yang berhubungan dengan hak sebagai manusia. Kalau dari sisi Kartini ala gue, pertama kali gue lakuin pas gue duduk di bangku sekolah dasar. Dulu gue pernah jadi korban bullying temen-temen gue di sekolah, dan mereka itu perempuan. Mereka bukan senior gue, ya mereka temen-temen sekelas gue. Bullying yang mereka lakukan terhadap gue dari lebih dari segi verbal dan perlakuan mereka terhadap gue. Mereka sering nyuruh-nyuruh gue, mereka merasa gue itu anak buah mereka deh. Dan pada saat itu, temen gue sebenernya bukan cuma mereka. Temen-temen gue yang lain sering nanya menyuruh gue untuk jauhin mereka aja. Karena mereka temenan sama gue ga tulus. Tapi, gue tetep aja masih temenan sama mereka saat itu.
Ada satu hal yang waktu itu membuat gue ga tahan. Mereka pernah memanipulasi suatu kejadian yang membuat gue menjadi pelakunya. Padahal gue sama sekali gatau apa-apa. Saat itu gue merasa ga tahan. Tapi, gue ga pernah cerita sama orang-orang di rumah. Iya, karena gue se-introverted itu dulu. Sampai akhirnya gue beraniin speak up. Saat mereka melakukan kebiasannya yang bertingkah sok jadi bos, gue ga menuruti. 
Gue jutekin. 
Mereka diam.
Semenjak itu menjadi awal gue keluar dari korban bullying. Dan malah banyak temen-temen gue yang mulai deketin gue. Mungkin mereka merasa gue keren, berani bikin geng sok bos itu diem HAHAHAHA. Tapi, gue ga musuhan ko sama mereka. Karena menurut gue mereka itu ga jahat dan ga patut dimusuhin. Mereka hanya salah saja bersikap seperti itu. 
Menurut gue, langkah yang gue ambil itu merupakan aksi pertama gue menjadi Kartini di hidup gue. Mulai dari situ, gue terkenal sebagai cewe yang “galak”. Maksud galak di sini, ketika orang baru liat gue pertama kali pasti mereka langsung menjudge gue ga friendly, jutek, galak, dan sebagainya. Dan gue ga keberatan dengan title itu. Karena menurut gue, itu malah membuat gue tidak dipandang sebelah mata. Terutama sama laki-laki. Temen-temen cowo gue juga sering bilang,
“Mau, jangan jutek-jutek nanti cowok yang mau deketin lu keburu kabur duluan.”
Tanggapan gue, “Ya biarin aja. Berarti mereka ga serius mau deketin gue kalau gitu kan. Jadi gue ga perlu repot-repot.” HAHAHA
Kalau bisa dibilang, kejadian itu membentuk karakter gue sih. Gue gamau jadi manusia yang lemah di mata manusia lainnya. Gue ga suka ketika orang lain menilai gue rendah. Karena Yang Menciptakan gue saja menkaruniai banyak hal yang nilainya mahal sekali. 
Selain kejadian itu, sebenernya masih banyak lagi sisi Kartini versi gue. Hal-hal itu gue lakuin untuk menjadikan gue kuat pada circle society yang gue terjun di dalamnya. 
Belom lama ini, pas Women International Day ada aksi yang dilakuin wanita-wanita di Jakarta. Mereka speak up soal hak-hak yang menurut mereka masih belom mereka dapatkan. Banyak dari mereka merasa kalau masih banyak laki-laki yang memperlakukan mereka tidak sesuai dengan norma yang ada. Dan masih banyak lagi deh tuntutan mereka. 
Kalau gue berbicara soal ini, banyak dari wanita saat ini merasa “Wanita itu derajatnya harus sama laki-laki. Tidak ada perbedaan.” Tapi pada kenyatannya, masih banyak dari kita sering menggunakan “Women first” di kehidupan sehari-hari. Masih banyak dari kita merasa kalau wanita itu harus dihormati lebih ketimbang laki-laki. 
Iya, gue masih sering melakukan itu juga. Tapi, kalau kita coba pikirin lagi, mengapa kita melihat wanita dan pria, laki-laki dan perempuan itu sebagai suatu perbedaan. Padahal kita diciptakan itu secara berpasangan-pasangan. Kenapa kita lebih menitikberatkan pada perbedaannya. Gue sekarang mencoba untuk menyamakan kita semua dengan hal yang lebih universal, kita ini sama-sama manusia. Kita punya hak yang sama, kedudukan yang sama, dan masih banyak lagi. Ya walaupun memang di hukum ada spesialisasi yang mengatur soal wanita. 
Yang gue sorotin dari aksi kemarin itu, ada yang menyalahkan laki-laki soal mereka menjadi “kurang ajar” sama kita para wanita. Itu bisa didasari dengan cara berpakaian kita misalnya. Di aksi kemarin, mereka nyalahin laki-laki karena tidak bisa menjaga mata mereka. Oh girlsss!!! Gue merasa sangat menyangkan ada pemikiran seperti itu, “tidak ada akibat yang terjadi tanpa ada penyebabnya.” Gue termasuk orang yang sangat memperhatikan cara berpakaian gue. Gue sangat amat merasakan perbedaan saat dulu gue belom dan sesudah berkerudung. Perlakuan society, terutama cowok sangat berbeda. Mereka lebih menjaga jarak sama gue dan mereka lebih memperhatikan hal-hal dalam berinteraksi sama gue. Dan menurut gue itu adalah impact dari apa yang gue pakai. Gue gaterus bilang salah kalian-kalian yang suka pakai baju terbuka. Tapi sekarang mikirnya gini deh, kalian pake baju itu tujuannya apa? Dan kalau kalian merasa risih karena perlakuan orang akan pakaian yang kalian kenain, ya cobalah cari pakaian yang bisa membuat mereka berhenti melakukan itu. Atau kalau kalian gamau ya udah diemin aja mereka, toh kalian pede aja kan.
Terus juga, sekarang orang menilai kecantikan orang itu dari seberapa tebalnya dia pakai make-up. Ada yang bilang orang ga pakai make-up ya dia ga menjaga penampilannya lah. Ada juga orang pakai makeup dibilang dia ga pede sama kulit aslinya. Emang ya di jaman sekarang tuh buat mencari confident diri susah banget. Karena takut dinilai sama orang lain, padahal kunci mah ada di diri kita masing-masing. Kalau kita happy saat pakai make-up, yoweslaaaah pakai aja sebikin kalian happy. Mau itu tipis doang atau sampai setebel apapun. Yang penting kalian confident dan happy. Dan kalau kalian ga suka pakai make-up, yaudah gapapa mungkin itu cara kalian menunjukan confidentnya diri kalian. Menurut gue gaada yang salah dari kedua hal tersebut.
Ada lagi, kemarin gue sempet menyoroti suatu postingan Instagram dari salah satu influencer. Dia bilang kalau tujuan dia menjadi wanita itu kerja, menikah, berkeluarga, dan punya anak. Terus ada netizen yang golongan feminism yang berkomentar. Dia menyanyangkan kalau pemikiran si influencer ini sependek itu soal makna hidup sebagai wanita dan dia ga setuju akan hal-hal itu. Gue pun merasa lucu sekali sih melihat perdebatan ini. Oh girls, hidup kita satu sama lain itu berbeda-beda. Jadi terlihat aja gitu, bagaimana manusia jaman sekarang membedakan mana yang namanya perbedaan dan persamaan. Gue sempat berpikir, Bu Kartini melihat wanita Indonesia sekarang jadi begini perasaan dia gimana ya. Perjuangan beliau dulu malah jadi disalah gunakan.
Yang gue sorotin sekarang, semakin majunya jaman diiringi juga dengan majunya teknologi, banyak orang yang belum cermat memanfaatkan teknologi itu sendiri. Sekarang terlalu banyak hate speech yang dilakukan orang-orang. Kita seperti seenaknya berkomentar “mean” terhadap orang lain tanpa memikirkan perasaan mereka. Kurangnya kesadaran sih antar satu sama lain. Gue merasa sayang aja sih sama netizen Indonesia sekarang, waktu mereka banyak terbuang untuk berkomentar yang tidak sepatutnya dikomentari. Tapi untungnya, sekarang banyak wanita yang berani untuk membawa angin perubahan akan hal-hal tersebut. Banyak yang mulai berani untuk bergerak mengajak kaum wanita Indonesia khususnya golongan muda untuk berfikir lebih baik lagi. Dan semoga dari kita juga bisa melakukannya. Ga perlu sampai bawa impact ke golongan yang besar. Coba aja mulai ke diri sendiri. Mencoba menanamkan prinsip-prinsip about beauty life yang bikin kita confident dan happy tanpa perlu terlalu mikirin apa kata orang. 
Gue saat ini sudah memasuki waktu penghujung umur 21 tahun gue. Kalau dipikir-pikir, tahun ini merupakan tahun terakhir gue menikmati masa menjadi seorang manusia yang mempunyai hak dilindungi terus sama orangtua gue. Gue bakal memasuki masa di mana, ketika gue punya keinginan, gue harus bisa mengejarnya sendiri dan menimalisir bantuan orangtua gue. Gue akan memasuki masa di mana, aktivitas belajar gue sudah tidak difasilitasi pada suatu lembaga pendidikan resmi. Gue akan memasuki masa di mana, gue harus kerja buat menghidupi diri sendiri. Gue akan memasuki masa di mana bertemu orang-orang baru yang akan berdampak besar di hidup gue kedepannya. Gue akan memasuki masa di mana, gue harus bekerja under pressure lebih dahsyat ketimbang ngerjain tugas-tugas kuliah gue. Dan masih banyak lagi deh. 
Terus gue bertanya, “Apakah gue udah siap?”
Siap ga siap ya harus siap. Semua orang kan sudah punya jalannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita fight untuk bisa menjadi yang lebih baik. Usaha dan doa itu memang kunci hidup sih menurut gue. Dan ditambah bagaimana kita bersikap dan berani mengambil keputusan. Karena ke depannya, gue akan mengambil keputusan yang tanggungjawabnya tidak cuma buat diri sendiri tapi buat orang lain juga. 
Dan, gue excited untuk hidup gue ke depannya. Rasa takut yang kemarin ada itu mulai berubah jadi semangat. Gue juga ga sabar sisi Kartini apalagi yang akan muncul di hidup gue kedepannya. Dan semoga gue akan selalu tetap melakukan sesuatu sesuai dengan rules agama dan norma-norma yang ada. 
Oh iya, gue terbuka loh buat kalian untuk berpendapat akan tulisan-tulisan gue di sini. Gue suka memperdebatkan pemikiran-pemikiran. Dari situ gue bisa mendapatkan pembelajaran baru. So, I’m free about komensss yaaa ^^. Dan gue malah senang kalau sampai ada yang mau berbagi cerita pengalaman ke gue.
Happy Kartini’s day every women in Indonesia. Keep up your spirits in good ways, ya!

Comments

Popular posts from this blog

About Me

Satnite Pertama - Juni

The Journey for My Next Plan